Tong Sampah: Saya Cuma Minta Telinga [PUISI]


Tong Sampah: Saya Cuma Minta Telinga



Para presensi kerap kali
Jadikan saya sebagai tong sampahnya
Bau busuk bukan hal asing bagi saya
Lalat serta dengung menjijikkannya bak jadi peneman setia
Saya tak benci, tak pula murka
Para presensi yang taruh percaya pada saya
Justru jadi “karena” atas tanya:
mengapa saya bahagia?

Namun sayang
Pada dasarnya saya hanya wadah; tak pandai mendaur ulang

Selama menerima luapan barang tak dibutuhkan
Saya loyal bungkam seraya sematkan senyum pualam
Para presensi itu berkata terima kasih
Sebelum eksistensinya hilang dijamah waktu
Dan saya mulai digerayangi jemu

Saya sudah penuh
Benda yang dibuangnya tak lagi tertampung
Beberapa tumpah, sebagian berjatuhan
Sudah saya bilang, bukan?
Saya tak pandai mendaur ulang
Dan saya tak kuasa tinggal dalam diam

Saya ambil langkah untuk ciptakan bunyi
Coba gaungkan permintaan pada para presensi
Tapi tiap kali berusaha
Benda-benda buangan terus-menerus jejali saya

Padahal saya cuma mau minta telinga
Dua saja, tak perlu banyak
Tapi mulut saya selalu ditutup seusai mereka selesai melempar kotoran
Apakah mereka tak memilikinya?
Atau tak mau memberikannya?

Padahal yang saya minta cuma telinga
Bukan yang lainnya
Dengan memiliki telinga, barangkali saya dapat mengosongkan ruang agar saya bisa menjadi tong sampah yang tak sepenuh semula



—hanaranur; Feb 1st, 2020







NOTE:
Apakah anda dapat menangkap maknanya? Jika iya, coba beritahu saya tentang persepsi anda.

Komentar

Postingan Populer